BU HAJJAH TATISore itu Hajjah Tati baru saja sampai di muka rumahnya di sebuah perumahan di dareah Bekasi. Ia memang baru sebulan ini tepilih menjadi dekan di fakultas sastra di Universitas Islam di wilayah Bekasi itu, setelah sekitar 15 tahun pengabdiannya yang tak mengenal lelah di Universitas tersebut. Hari itu ia merasa lelah sekali setelah dua hari ini harus memimpin rapat panjang dan penuh perdebatan di kampus tempat ia Tati harus memimpin sebuah rapat yang dilematis. Ia berjuang sendirian mempertahankan keputusannya untuk mengeluarkan dua orang mahasiswa yang minggu lalu tertangkap basah sedang memperkosa seorang mahasiswi juniornya yang berjilbab, bersama dengan 2 orang lelaki lainnya di dalam area dosen laki-laki peserta rapat, juga ketua serta wakil pengurus Yayasan pemilik Universitas tersebut, yang mana juga laki-laki, menginginkan Hajjah Tati membatalkan keputusan yang diambilnya tiga hari yang lalu itu. Dalam rapat panjang itu, Hajjah Tati bersikeras mempertahankan keputusannya. Ini dilakukannya bukan tanpa kompromi, ia merasa sudah berkompromi untuk tidak melaporkan kejadian itu kepada pihak yang berwajib, tetapi ia berkeras untuk tetap mengeluarkan kedua mahasiswa bejat menjadikan sulitnya keputusan tersebut adalah Abdul, salah satu dari dua mahasiswa itu adalah keponakan dari Bp. Harun, pengusaha kaya d0natur jadi d0natur HANYA melalui admin, BUKAN lewat staff lain utama dari Yayasan tempat bernaungnya Universitas Islam tersebut. Sehingga pengurus Yayasan takut keputusan mengeluarkan Abdul, pamannya jadi berang dan menyetop aliran dana ke itu pengurus Yayasan juga merasa sudah berkompromi, dengan menyediakan uang tunai sebesar 200 juta kepada keluarga Nuraini serta menanggung semua biaya rumah sakti Nuraini, mahasiswi tingkat satu yang manis dan berjilbab itu, korban perkosaan āgang-bangā Abdul dan rekan2nya. Keluarga Nuraini adalah keluarga yang kurang mampu, sehingga uang sejumlah itu akan sangat berarti besar untuk sore itu, akhirnya Hajjah Tati berhasil mengalahkan semua argument lawan-lawan debatnya yang semuanya laki-laki itu dan tetap mempertahankan keputusannya mengeluarkan Abdul dan Santo dari Universitas ketika sampai dimuka rumahnya, supir bu Tati turun dan memencet bel di pintu pagar rumah bu Tati. Tiba-tiba dua orang kekar, keturunan Arab memukul dengan keras Miskun, sang sopir, sampai pingsan. Bu Tati menjerit histeris melihat adegan itu, belum sempat berpikir panjang, tiba-tiba pintu mobilnya dibuka kedua lelaki kekar itu dan mereka menarik paksa tubuh bu Tati, menggendongnya serta membawa masuk kedalam sebuah mobil van hitam besar yang sudah mengintai sejak langsung menutup dan mobil tersebut melaju kencang keluar dari perumahan itu. Kemudian 2 pria kekar tadi menutup kedua mata bu Hajjah Tati dengan kain sehingga ibu dekan nan lembut itu tidak bias melihat dibawa kemana dirinya. Bu Tati berteriak minta tolong, tapi Abdul langsung menampar wajah manis Bu Tati nan masih berhiaskan jilbabnya dengan keadaan mata tertutup ketat oleh kain, tangan-tangan langsung merabai tubuh Bu Tati, meremas dan membelai-belai teteknya. Ada yang merabai pahanya dan kemaluannya. Lalu mereka mulai melucuti pakaian Bu Tati. Abdul menarik sepatunya, dan melucuti gamis putih yang dipakainya. Santo menarik pakaian dalamnya yang tipis hingga robek dan menyusupkan tangannya ke dalam bh Bu Tati kaget setengah mati oleh suara itu. Suara yang pernah didengarnya siang tadi di kampus. Ya, suara itu adalah suara mahasiswa yang dikeluarkan oleh bu Tati, dekan fakultas sastra Universitas Islam Bekasi.
Kupegangitetek Bu Nani yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Nani terengah-engah tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu Bu nani minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Nani tampak bugil. Sebelum aku mulai cerita ini, aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Iwan dan Aku adalah seorang pegawai negeri yang ditempatkan disebuah kota di Jawa Barat sekitar sepuluh tahun yang lalu. Aku merasa nyaman kerja di kota ini, karena teman-teman sekantorku orangnya ramah-ramah dan mengayomi bagi para pegawai muda yang masih mentah dalam pengalaman kerja Aku sangat berterima kasih pada rekan-rekan kerjaku yang tanpa pamrih membimbingku dalam berbagai hal. Diantara rekan-rekan kerjaku ini, ada seorang wanita yang cantik keibuan dan umurnya 8 tahun diatasku. Namanya Amelia. Pada saat pertama kali aku bertemu dengannya dia belum menunaikan ibadah haji dan belum mengenakan jilbab, sehingga aku bisa melihat putih dan mulusnya kulit betis sebagian pahanya pada saat dia duduk. Tapi yang membuat aku tertarik padanya adalah banyaknya bulu-bulu yang tumbuh di betis dan lengannya yang membuat dirinya semakin seksi dimataku. Karena dalam imajinasiku jika seorang wanita mempunyai bulu-bulu yang lebat di betis dan lengan, terbayang olehku pastilah dia akan sangat menggairahkan dan mampu memberikan kenikmatan pada lelaki di tempat tidur. Maka aku selalu membayangkan dan menghayalkan betapa nikmatnya bila aku dapat menggaulinya. Obsesiku untuk dapat menggaulinya tidak pernah hilang, walaupun aku telah menikah dua tahun setelah aku bekerja. Dan dia selalu ada dalam hayalanku pada saat aku dan istriku sedang melakukan hubungan suami istri. Tapi sebagai yunior, tentu saja aku tidak berani macam-macam padanya. Apalagi dia adalah seorang istri pejabat Pemda di daerahku. Oh ya, Dia sudah menikah selama 10 tahun dan baru dikaruniai putra berumur 2 tahun. Rupanya rumah tangganya termasuk yang cukup lama untuk mendapatkan momongan. Dari rekan-rekanku, kuketahui bahwa pada awal pernikahan mereka, suaminya pernah mendapat masalah dalam urusan vitalitas, itulah sebabnya dia lambat mendapatkan momongan. Disamping itu kuketahui pula bahwa perbedaan usia antara dirinya dan suaminya cukup jauh, yaitu sekitar 15 tahun. Aku sering mendekatinya untuk sekedar ngobrol ngalor-ngidul, orangnya enak diajak ngobrol, ramah pada setiap orang. Itulah sebabnya rekan-rekan lelaki ditempat kerjaku senang menggodanya, dan dia tidak marah jika godaan-godaan itu tidak terlalu bersifat pelecehan. Namun aku tidak pernah menggodanya, karena selain usiaku jauh lebih muda darinya, aku tidak ingin ia menganggapku macam-macam. Aku selalu bertindak sebagai seorang yunior yang memerlukan petunjuk dari seniornya sehingga aku bisa semakin dekat dengannya, karena dia merasa bahwa aku sangat menghormati dan mengaguminya. Lima tahun setelah aku bekerja, dia menunaikan ibadah haji dengan suaminya dan sejak saat itu dia selalu mengenakan jilbab untuk menutup seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangannya. Namun jilbab yang ia kenakan tidak mampu menyembunyikan keseksian tubuhnya, dan bahkan membuat dirinya semakin cantik dan keibuan, ditambah lagi dengan gaun dan jilbab yang ia kenakan selalu serasi dengan model-model yang gaul. Sehingga dia semakin menjadi objek hayalanku pada saat aku sedangkan melakukan hubungan suami istri dengan istriku. Aku selalu konsisten menjaga sikapku dihadapannya, karena tidak ingin dia benci atau menjauh dariku. Maka dengan sabar aku selalu menjaga kedekatanku dengan dirinya sehingga aku dapat menikmati kecantikan, keanggunan dan keseksian tubuhnya dari dekat. Kesabaranku itu kujalani hingga saat ini setelah 10 tahun mengenalnya dan dia merasa aku sebagai sahabat baik dan sekaligus bagaikan adik baginya, sehingga tidak segan-segan menceritakan berbagai masalah dengan diriku, bahkan meminta bantuanku untuk hal-hal yang tak dapat dia kerjakan. Bahkan kami sering duduk berdampingan dalam mengerjakan sesuatu sehingga aku bisa merasakan lembutnya buah dadanya yang montok. Dan pernah aku menggeser-geserkan bahuku yang menempel dengan buah dadanya, tapi dia hanya berkomentar ājangan nakal achā¦, Wan !ā sambil tersenyum dan tidak ada nada marah sama sekali. Sehingga hal itu sering aku lakukan bila kami duduk berdampingan pada saat mengerjakan sesuatu Pada suatu hari ia datang padaku dan mengkonsultasikan laptop miliknya yang terasa lambat dan juga minta diajari bagaimana caranya mengkoneksikan laptop dengan internet. Setelah kuperiksa, ternyata banyak virus yang mengerogoti sistem di laptopnya sehingga mengakibatkan kinerja laptopnya menjadi terganggu. Dan aku bilang untuk membersihkan semua virus di laptopnya diperlukan waktu yang cukup lama, sedangkan agar bisa dikoneksikan ke internet, harus ada jalur telepon. Lalu dia menyarankan agar untuk menangani laptopnya dikerjakan di rumah kost miliknya yang ada di dekat kantor kami. Rumah kost itu terdiri dari 10 kamar dan diisi oleh para pelajar yang bersekolah di sekitar daerah itu. Dan aku menyanggupinya. Sepulang dari kantor, aku dan dia menuju rumah kost miliknya dan kebetulan, hari itu adalah hari sabtu, sehingga semua penghuni kost pada pulang ke kampungnya masing-masing dan rumah kost tersebut kosong. Begitu tiba di sana, dia langsung membawaku ke ruang tamu dan aku mulai melakukan pembersihan virus dengan software yang aku bawa. Sambil menunggu anti virus bekerja, kami ngobrol berbagai hal diselingi dengan minum dan makan camilan yang ia sediakan. Dari obrolan itu kuketahui, bahwa setiap malam minggu dia suka tidur di rumah kost ini pada saat para penghuni kost pulang ke kampung halamannya masing-masing. Oleh sebab itu di rumah ini ada kamar khusus untuk dirinya. Aku merasa heran, apakah suaminya tidak apa-apa ditinggal tidur sendiri di rumah sementara dia menunggu di rumah kost. Dia menjawab tidak ada masalah dengan hal itu, bahkan katanya di rumah pun dia jarang tidur sekamar dengan suaminya. Karena sejak suaminya pensiun, suaminya lebih sering ingin tidur sendiri. Aku heran dengan kenyataan ini, kenapa ada rumah tangga seperti ini, tapi aku mau bertanya lebih lanjut, takut dia merasa aku akan semakin jauh mengetahui privasi rumah tangganya. Hari semakin gelap, tetapi anti virus masih bekerja, karena banyak sekali virus yang menyerang laptopnya dan kami terus melanjutkan obrolan. Tanpa disadari atau seolah-olah tanpa disadari, kami telah duduk berdampingan di ruang tamu yang sepi ini. Sambil mengobrolkan hal-hal yang bersifat pribadi. Perlahan-lahan aku mulai terangsang terhadapnya, tapi aku masih merasa takut untuk memulainya, walaupun bisikan-bisikan di kepalaku mengatakan bahwa inilah saatnya yang tepat untuk mewujudkan obsesi yang selama ini ada dalam khayalanku. Akhirnya dengan hati-hati aku berkata padanya āApakah, bapak tidak sayang meninggalkan ibu tidur sendiri ? Uhh⦠kalau saya jadi bapak, tidak akan saya biarkan ibu tidur sendiri satu malampun. Sayang dongā¦., membiarkan tubuh seksi dan cantik seperti ibu ini sendirianā¦.. mubazir ā āAch⦠Iwan bisa aja ! Masak sih⦠tubuh peot dan wajah keriput ini disebut seksi dan cantik ?ā katanya tersenyum dan tampaklah ekspresi kebanggaan diwajahnya mendengar pujianku. Dan aku merasa gembira karena dia tidak marah dengan ucapanku. Dan kembali aku lanjutkan rayuanku ā bener lho, Bu! Saya ngga bohong⦠, Di mata saya ibu adalah wanita yang paling cantik dan seksi di kantor kita..!ā āUdah ach⦠, jangan dilanjutkan rayuannya nanti saya bisa terbang⦠!ā jawabnya samibil tersenyum semakin tersanjung. āNgomong-ngomong⦠, Bu..! Boleh nggak saya minta sesuatu, nggak macam-macam kok, swear !ā kataku āMinta apaan sich.. ? kalau nggak macam-macam akan saya penuhi ! ā katanya āSebelumnya maaf ya, bu ! Boleh ngga saya membelai bulu kaki yang ada di betis dan bulu tangan yang ada di lengan ibu yang dulu sering saya lihat. Saya benar-benar terobsesi dengan bulu-bulu yang dimiliki ibu ?ā kataku memberanikan diri. Dia memandangku heran āKok, Iwan tahu kalau saya memiliki bulu di kaki dan lenganā¦? Rupanya Iwan sering ngintipin ibu ya ?ā Katanya menggodaku. Aku tergagap mendapat godaannya āTiā¦tidak buā¦, saya tidak pernah ngintip.. khan dulu ibu ngga pake jilbab..ā jawabku membela diri āApa sich.. istimewanya bulu-bulu itu ? saya justru merasa risihā katanya lagi āJustru bagi saya hal itu sangat istimewa dan menggairahkanā¦.., boleh kan bu, saya membelainya !ā āYa.. dech ā¦ā Dia mengalah dan menyingsingkan ujung lengan bajunya hingga sebatas siku. Mataku terbelalak melihat putih dan mulusnya kulit lengan yang dihiasi dengan bulu-bulu lengan yang cukup panjang, aku semakin terangsang namun masih bisa mengendalikan diri. Dengan tangan gemetar aku membelai lengan halus tersebut. Darahku berdesir ketika tanganku mengusap dan membelai langan halus nan berbulu itu. Dari sudut mataku terlihat dia merasa bangga atas keterpanaanku pada kemulusan dan keindahan kulit lengannya. Aku tak tahu apakah dia merasakan desiran-desiran rangsangan pada saat telapak tanganku membelai lengannya. Setelah puas membelai lengannya, kembali aku berkata ākakinya belum bu ? ā. Namun dia menjawab tidak serius āudah achā¦, cukup .ā. Lalu rayuku lagi āAkh⦠Ibu, khan tadi saya mintanya lengan dan kaki !ā Lalu dengan gaya seperti yang terpaksa dia mengangkat rok panjangnya sebatas lutut sehingga terlihat betis indah yang putih mulus dihiasi oleh bulu-bulu yang cukup panjang dan merangsang. Kembali tanganku bergetar membelai betih indah tersebut, mataku terpejam dan darahku semakin berdesir memberikan rangsangan-rangsangan yang sangat kuat padaku. Cukup lama tanganku membelai dan mengusap betis indah milik Hj Amelia ini. Aku sangat menikmati apa yang kulakukan. Betis kiri dan kanannya secara bergantian aku belai dan usap, terlihat mata Hj. Amelia terpejam menikmati belai tanganku āOh..mmmnn .. ā mulutnya berguman tidak jelas. Melihat itu aku tak mau berhenti, tanganku terus membelai betis indah itu dan dengan sangat hati-hati arah belaian semakin ke atas di sekitar lutut . Mata Hj Amelia semakin rapat terpejam. Dengan hati-hati kedua betis Hj Amelia aku naikkan ke atas jok kursi panjang yang kami duduki dan aku duduk di lantai menghadap betis indah dan sebagian paha disekitar lutut yang terbukaā Dengan suara bergetar dan suara yang sedikit memburu dia berkata āKok jadi duduk dibawah ?ā āNgga apa-apa bu, supaya lebih jelas ā jawabku beralasan āAwas lho⦠jangan macam-macam !ā ancamnya dengan nada yang tidak yakin. Kembali tanganku melanjutkan belaian dan usapan pada betis berbulu yang merangsangku ini, tanganku dengan lembut membelai betis kiri dan kanan secara bergantian . Kembali matanya terpejam menikmati belaian tanganku pada betisnya. Kuberanikan diri untuk mencium lembut ujung kakinya. Matanya terbuka dan berkata āKok..?ā hanya kata itu yang keluar. Akhirnya kedua tangan dan bibirku membelai betis hingga lutut dan paha di sekitar lutut. Ciumanku dan tanganku semakin naik ke atas, ciumanku sudah mencapai lututnya dan kedua tanganku sudah membelai kedua pahanya. Dia semakin terlena, napasnya semakin memburu dan mulutnya semakin sering mengguman sesuatu yang tidak jelas. Sedangkan aku semakin terangsang penisku sudah mulai mengeras. Tapi aku masih berhati-hati agar dia tidak menghentikan usahku ini. Tanganku semakin aktif membelai paha bagian bagian dalam dan mulutku menciumi lututnya yang kiri dan kanan secara bergantian. Duduknya sudah mulai gelisah, pinggulnya sudah bergoyang-goyang dan dari mulutnya sudah mulai memperdengarkan erangan-erangan nikmat dan terangsang. Ku hentikan gerakanku, matanya terbuka memandangku sayu, terlihat bahwa dia sudah sangat terangsang, kuberanikan diri wajahku mendekati wajahnya, dia memejamkan matanya kembali dengan mulut yang terbuka menantang, lagsung bibirku menciumi bibirnya yang seksi. Dia tidak marah, bahkan menyambut ciumanku dengan hangat dan sangat bergairah. Kami berciuman dengan sangat bergairah. Kedua tangannya meraih kepalaku dan mencium bibirku dengan sangat panas, bibirnya menghisap-hisap bibirku dan lidahnya menari-nari dengan lidahku seperti seorang wanita yang sudah sangat lama tidak bermesraan, tentu saja aku semakin melayang nikmat dan bersemangat. Tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang montok, dia diam saja bahkan semakin bergairah dan mengerang nikmat. Tanganku mulai mencopoti kancing bajunya satu-persatu dan menyusupkan tangan kananku ke dadanya yang sudah terbuka, kemudian menarik cup bh-nya ke atas, sehingga kedua buah dadanya yang putih montok terbuka bebas. Tanganku langsung meremas buah dada montok itu yang kiri dan kanan. Dia menghentikan ciumannya dan memegang tangan kananku, sambil memandang padaku dengan sayu. Aku terkejut, takut dia marah dan menghentikan usaha yang telah dengan sabar aku lalui. Namun dengan suara bergetar dan napas memburu dia berkata āJangan disini Wan..! bahaya kalau ada tamu datang⦠Di kamar saya aja.., biar tenang!ā Plong⦠dadaku terasa lapang, ketakutanku ternyata tidak terbukti. Dia kemudian berdiri dan mengunci pintu tamu dan menarik diriku menuju kamarnya. Tak kuperhatikan lagi anti virus yang masih bekerja pada laptop. Dengan tergesa-gesa kami menuju kamarnya yang cukup luas. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung menutup pintu kamar dan menarikku ketempat tidur. Aku langsung menindihnya dan bibirku kembali mencium bibirnya dengan gemas. Ciumannya kali ini semakin panas dan bergairah dan dia sudah tidak segan-segan lagi mengeluarkan lenguhan dan erangan nikmat. Tanganku kembali merayap ke buah dadanya yang masih terbuka dan meremas-remasnya dengan nikmat, Dia membantu mencopoti sisa kancing yang masih terkait sehingga semua kancing bajunya terlepas dan melepaskan kaitan tali bh-nya. Kemudian dia duduk dan melepaskan baju dan bh dari tubuhnya. Tampaklah dihadapanku tubuh seorang wanita matang yang masih mengenakan jilbab dan rok panjang, namun sudah tidak mengenakan baju dan bh. Aku kembali menubruknya dan mendorong tubuhnya hingga telentang diatas kasur, bibirku menciumi seluruh bagian buah dadanya baik bagian kiri maupun bagian kanan sedangkan tangan meremas-remas buahdada yang tidak aku ciumi. Aku begitu bernafsu menciumi buah dada Bu Hj Amelia ini. Walaupun dia sudah berumur, namun buah dadanya masih montok dan sekal, tidak mengelayut dan kendor. Kuhisap dan kujilati setiap mili bagian buah dada menggairahkan ini. Dan akhirnya bibirku dengan asyiknya menghisap dan menjilati putting susu yang tegak menantang. Dia semakin mengerang nikmat āAkhhhh⦠wan⦠euh ⦠euhā¦.!ā Badannya bergelinjang-gelinjang menahan nikmat yang menderanya. Setalah cukup lama bermain-main di buah dadanya, kedua tanganku berusaha melepaskan pengait rok panjang yang masih dikenakannya dan menariknya hingga lepas sekaligus dengan celana dalam nilon yang dia kenakan, dia hanya diam saja dengan tatapan mata yang semakin sayu, kembali mataku nanar melihat pemandangan merangsang yang ada dihadapanku. Sungguh luar biasa Bu Hj Amelia ini, walaupun sudah berusia 45 tahun, tapi tubuhnya masih sangat sempurna, perutnya masih ramping tanpa ada timbunan lemak, paha masih padat dan mulus dan yang paling luar biasa adalah jembut yang menutup vaginanya demikian lebat dan hitam menutupi hampir seluruh bagian antara kedua paha hingga keatas mendekati pusat Beberapa saat aku terpana menatap pemandangan indah ini, Dia bangun dan meraih bajuku sambil berkata āBuka bajunya Wan⦠, ngga fair dongā¦, saya udah telanjang sementara Iwan masih berpakaian lengkap..ā Dengan bantuannya aku mencopoti bajuku yang sudah basah oleh keringat dan sekaligus aku membuka celana panjangku sekaligus dengan cd yang aku kenakan. Dia terpana memandang penisku yang tegak menjulang, Tangannya mendorong tubuhku hingga aku telentang , kemudian dengan gemetar tangannya meraih penisku dan mengocoknya dengan gemas, aku melayang nikmat merasakan kocokan tangannya pada penisku, kemudian bibirnya dengan lembut menciumi penisku dan lidahnya menjilati kepala penisku. Aku semakin melayang.. āOuhhhā¦. ā aku melenguh nikmat. Cukup lama lidah dan bibirnya bermain di kepala penisku membuat aku melayang-layang nikmat, kemudian mulutnya semakin terbuka lebar untuk memasukkan penis tegangku kedalam mulutnya sambil lidahnya terus-menerus menjilati kepala penisku. Mataku semakin terbeliak-beliak menahan nikmat āOuhā¦ouh⦠aduhhā¦.aduh⦠ā erangan nikmatku keluar tanpa dapat kucegah. Dia begitu gemas dengan penis tegangku, bagaikan seorang wanita yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan penis yang tegang. Tanpa memperdulikan diriku yang terengah-engah menahan nikmat, mulut dan lidahnya terus menerus memberikan kenikmatan pada diriku. Aku tak tahan, ku geserkan kepalaku mendekati lututnya yang sedang menungging. Aku posisikan kepalaku diantara kedua lututnya yang terbuka, sehingga posisi kami menjadi posisi 69. Aku mulai menjilati jembut hitam yang menutupi vagina yang ada dihadapanku. Kedua tanganku membelai pantat montok, sementara lidahku terus mencari celah vagina yang tertutup jembut yang lebat, kusibakkan jembut lebat tersebut, terlihatlah vagina yang sudah sangat basah, lidahku terjulur menjilati celah vagina tersebut, badannya tergetar setiap kali lidahku menyentuh klentitnya. Aku semakin semangat menjilati dan menghisap vaginanya, dia semakin sering bergetar dan mengerang nikmat, sehingga mulutnya berhenti mempermainkan penisku. Aku tak peduli, lidah dan mulutku semakin lincah bermain di vaginanya, badannya semakin bergetar dan menekan-nekankan vaginanya dengan keras ke arah mulut dan hidungku sambil menjerit-jerit nikmat āOuh.. ouh⦠ouh⦠euhā¦euhā¦ā Gerakannya semakin keras dan jeritannya semakin tak terkendali, hingga akhirnya pantatnya dia tekankan dengan keras ke arah mukaku hingga mulut dan hidungku tertekan vagina dengan sangat rapat sehingga aku sulit bernapas dan terdengar dia menjerit keras āAaaakkkhhhhā¦ā¦..ā kemudian terlihat olehku vaginana mengempot-ngempot dengan sangat keras. Tak lama kemudian badannya ambruk menindih tubuhku. Beberapa saat kemudia dia menggulingkan tubuhnya hingga tidur telentang. Kubangunkan tubuhku dan memposisikan tubuhku agar tidur berdampingan. Kemudian matanya terbuka memandangku. Dengan napas yang masih tersengal-sengal dia berkata ākalau Iwan percayaā¦, Sudah 4 tahun saya tidak pernah melakukan hubungan suami istri, bukannya saya tidak ingin, tapi si bapak sudah tidak sanggup lagi. Sebagai wanita normal, tentu saja saya merasa sangat tersiksa denga keadaan iniā¦ā Aku tidak mengomentari ucapannya, hanya dalam hati aku berkata pantas saja dia terlihat sangat gemas memandang penisku yang sangat tegang. Karena aku belum apa-apa, maka badanku bangkit dan tanganku meremas-remas buah dadanya serta memilin-milin putting susunya yang perlahan-lahan mulai kembali tegak menjulang. Kembali badanku menindih tubuhnya dan bibirku mencium bibirnya, bibirnya menyambut bibirku dengan gairah yang kembali bangkit. Tangannya merayap ke arah penisku dan meremas-remas dengan gemas, kemudia berkata āSekarang aja Wan! Saya sudah nggak tahanā¦ā Aku mengangkat pinggulku memberi jarak dengan selangkangannya, kemudian pahanya terbuka lebar dan tangannya menuntun penis tegangku agar tepat berada liang vaginanya. Dia sibakkan jembut lebat yang menghalangi liang vagina dengan kepala penisku, hingga akhirnya kepala penisku tepat berada di mulut liang vagina yang sangat basah. Kemudian kedua tangannya merengkuh pantatku dan menariknya. Aku mengerti apa yang dia inginkan. Ku dorong pantatkudan Blesshā¦. Perlahan-lahan batang penisku menyusuri liang vagina hangat yang basah berlendir yang disertai kedutan-kedutan yang memijit batang penisku selama aku memasukinya. Jepitan dan kedutan vaginanya pada penisku memberikan sensasi nikmat yang luar biasa. Perjalanan masuk ini kulakukan perlahan-lahan, karena aku ingin menikmati setiap mili pergeseran antara batang penisku dan veginanya yang selama 10 tahun ini menjadi obsesi dan khayalanku. Aku tidak ingin obsesi yang menjadi kenyataan ini berlangsung cepat. Setelah seluruh batang penisku amblas hingga ke pangkalnya, kudiamkan sejenak untuk menikmati sensasi nikmat yang diberikan oleh vaginanya pada diriku. Kemudian kutarik secara perlahan hingga menyisakan ujung kepalanya dan kudorong kembali masuk hingga amblas. Gerakan ini terus kulakukan dengan sabar sambil menikmati deraan nikmat yang datang bertubi-tubi. Nampaknya Bu Hj Amelia ini sudah tidak sabar, pantat terangkat setiap aku mendorong masuk, dan tangannya memberikan bantuan kecepatan pada pantatku agar aku melakukan dengan lebih cepat dan keras. Aku tidak terpengaruh dengan gerakan pantatnya yang semakin bergelinjang dan tangannya yang semakin menarik-narik keras pantatku agar bergerak lebih cepat. Aku hanya menambah sedikit kecepatan pada gerakan mengocokku. Pinggulnya semakin bergelinjang, kepalanya terlempar ke kiri dan kanan sambil mulut yang kembali mengerang-ngerang nikmat āAuhā¦auhā¦.euh⦠euhā¦..ā Gelinjang tubuhnya semakin keras dan hebat. Berputar, kekiri kekanan dan ke atas ke bawah, hingga akhirnya gerakannya semakin tak beraturan, badannya terlonjak-lonjak, tangannya menarik punggungku hingga tubuhnya terangkat dan kepalanya terdongak dengan mata terbeliak dia menjerit keras āAaaaaakkkhhhhhhā¦ā¦. ā kakinya terjulur kaku, tak lama kemudian badanya terhempas lemas dan tangannya terlepas dari punggungku dan jatuh ke samping tubuhnya. Kurasakan vagina berkontraksi sangat keras memijit-mijit dan menghisap-hisap penisku sehingga akupun terbeliak menahan sensasi nikmat yang teramat sangat. Kubiarkan batang penisku amblas di dalam vaginanya menikmati sensasi orgasme yang kembali dialaminya. Kutopang tubuhku dengan kedua tangan yang menahan di pinggir bahunya. Perlahan-lahan matanya terbuka dan berkata dengan napas tersengal-sengal menahan lelah āMakasih.. Wan.., barusan betul-betul nikmatā¦uuhhhh..ā Aku hanya menjawab dengan mencium bibirnya dengan nafsu yang menggelora. Dia menyambut lemah ciumanku. Dengan sabar aku berusaha membangkitkan kembali gairahnya. Kuciumi lehernya dari balik jilbab yang masih dikenakannya namun telah basah oleh keringat, kujilati dadanya yang juga basah oleh keringat. Ketelusuri hingga ke bawah hingga akhirnya mulutku kembali memilin-milin putting susunya untuk membangkitkan gairahnya. Sambil perlahan-lahan kukocok penisku yang masih terbenam divaginanya yang semakin basah, namun tetap masih terasa sempit dan memijit-mijit. Perlahan-lahan gairahnya bangkit kembali, hal ini terasa dengan ciumannya yang semakin hangat dan pinggulnya yang bergerak membalas setiap gerakan pinggulku. Makin lama gerakan pinggulnya semakin erotis dan bersemangat dan erangan nikmat kembali terdengar dari mulutnya. Kuhentikan gerakanku dan kucabut penisku yang masih tegang. Dia menatapku kecewa sambil berkata āAda apa Wan? ā. Aku tersenyum lalu berkata āKita nungging bu!ā Dia mengerti apa yang kuinginkan. Lalu dia bangun dan membuat posisi merangkak. Aku posisikan selangkanganku pada tengah-tengah pantatnya. Sebelum kumasukkan penisku, kembali aku terpana melihat keseksian tubuhnya dalam posisi menungging, kulit punggung yang begitu putih kekuning-kuningan, mengkilap oleh basahnya keringat yang keluar dari pori-pori tubuhnya. Hanya ada satu kata untuk mengomentari keadaan itu, yaitu āSempurna..!ā tanpa terasa bibirku berguman. āAda apa ..Wan..?ā tanyanya padaku. Aku segera menjawab āTubuh ibu betul-betul sempurna.ā. Dia tidak menjawab mungkin dia merasa bangga dengan pujianku. Tangannya hanya menggapai-gapai meraih penisku untuk diarahkan vaginanya yang sudah menanti. Lalu kuarahkan penisku ke liang vaginanya dan Bleshhhhā¦ā¦ Kembali penisku menyusuri liang vagina basah yang masih tetap sempit dan memijit-mijit. Pantatku memulai bergoyang maju mundur agar penisku mengocok-ngocok vaginanya. Tanganku meraih buah dadanya yang bergantungan bebas dan kuremas-remas dengan gemas untuk menambah sensasi nikmat yang kembali mendera sekujur tubuhku. Tubuhnya bereaksi dengan apa yang kulakukan, mulutnya mengerang nikmat āAuh⦠auh⦠euh ā¦. Euh⦠ā, dan pinggulnya bergerak-gerak semakin liar. Kudiamkan gerakan pinggulku, namun pinggul dan pantatnya menghentak-hentakkan selangkanganku sehingga penisku semakin dalam mengocok dan mengaduk-aduk vaginanya. Kepalanya tidak bisa diam menggeleng-geleng sambil mulut yang tak henti-hentinya mengerang nikmat. Gerakan pinggul dan pantatnya semakin liar tak terkendali, jeritan nikmatnya semakin keras, dan kedutan dan pijatan vaginanya pada penisku semakin keras. Hingga akhirnya badannya kaku, tangannya mencengkram kasur dengan sangat keras dan menjerit āAaaakkhhhhā¦..ā kembali kepala terdongak dengan mata yang terbeliak. Setelah itu kembali kontraksi keras terjadi pada vaginanya yang memelintir dan menghisap-hisap penis membuat aku terbeliak-beliak menahan nikmat. Tak lama kemudian⦠BRUK.. badannya jatuh tertelungkup hingga penisku yang masih tegang lepas dari vaginanya. Kubiarkan dia istirahat menikmati sensasi orgasme yang kembali menderanya. Lalu mendekati punggungnya yang basah, kubelaikan tangan kiriku dari punggung hingga pantatnya, dan kuremas-remas pantat seksi itu. Tangan kananku menyibakkan jilbab yang sudah sangat basah dan akhirnya kulepaskan jilbab itu. Bibir dan mulutku menciumi tengkuk dan lehernya yang putih mulus tiada kerut. Mulutku menyusuri tengkuk dan punggung sedangkan tanganku meremas-remas pantatnya. Akhirnya gairahnya bangkit kembali. Dia membalikkan tubuhnya hingga telentang dan tangannya meraih tubuhku hingga menindih tubuhnya bibirnya mencium bibirku dengan ganas, kemudian tangannya mencari-cari penisku dan mengarahkan ke vaginanya. Blesshhā¦. Untuk kesekian kalinya kembali penisku menjelajahi liangvagina yang semakin basah dan berdenyut. Aku menggerakkan pantatku untuk mengocok penisku di dalam vaginanya, dia menyambut dengan erangan dan gerakan pinggul yang bisa memelintir-melintir batang penisku dengan liarnya. Semakin lama gerakanku semakin cepat dan gerakannyapun semakin cepat dan liar. Lenguhan nikmatku dan erangan nikmatnya bersatu padu membangun suatu komposisi musik penuh gairah dan merangsang, semakin lama suara erangan dan lenguhan nikmat semakin riuh rendah. Hingga akhirnya pantatku bergerak sangat keras dan liar tak terkendali demikian pula gerakan pinggulnya. Gerakan kami sudah menjadi hentakan-hentakan nikmat yang keras dan liar. Hingga akhirnya aku merasa gelombang yang maha dahsyat keluar dari dalam diriku melalui penis yang semakin keras dan kaku dan akhirnya tanpa dapat kukendalikan tubuhku menegang kaku dan badanku melenting ke atas serta menjerit melepas nikmat yang tak tertahankan āAkhhhā¦.ā Dan secara bersamaanpun dia menjerit nikmat āAkhhhh⦠ā dengan badan yang kaku dan tangan yang mencengkram punggungku dengan sangat keras. Tak lama kemudian, tubuh kami ambruk kelelahan seperti orang yang baru saja berlari cepat dalam jarak yang sangat jauh. Aku menggulingkan tubuhku agar tidak menindih tubuhnya. Dan kami telentang berdampingan sambil menikmati sensasi kenikmatan orgasme yang masih datang menghampiri kami. Setelah beberapa menit kami terdiam menikmati sensasi orgasme dan napas yang perlahan-lahan mulai pulih, Dia memiringkan badannya menghadapku, sambil tangannya membelai-belai dadaku dia berkata āWan⦠kamu memang luar biasa⦠Dulu saja waktu si Bapak masih sehat. Belum pernah saya merasakan sepuas ini dalam berhubungan badan. Sebagai lelaki kamu mampu bermain cukup lama dan memberikan beberapa kali orgasme pada pasangan kamu. Pantas saja, istrimu sangat sayang padamu..ā āAhh⦠jangan begitu ach⦠Bu! Saya jadi maluā¦ā Sahutku sambil merasa bangga dipuji seperti itu. Setelah cukup lama beristirahat kembali kami berpakaian, dan aku terlebih dahulu ke ruang tamu untuk memeriksa laptop yang masih menyala. Ternyata laptop sudah lama mati, karena hampir 1,5 jam aku tinggalkan. Tak lama kemudian Bu Hj. Amelia menghampiriku dan duduk disampingku sambil menggelayut mesra dan bertanya ābagaimana Wan , beres ?ā. āBelum saya periksa buā¦, keburu mati..ā jawabku āOk dech , kamu lanjutin aja dulu, saya mau nyiapkan makan malam. Akhirnya malam itu, aku menelepon istriku untuk memberitahukan pada iatriku bahwa aku tidak bisa pulang, karena ada pekerjaan yang belum selesai. Akhirnya sepanjang malam itu hingga mendekati subuh, kami isi dengan persetubuhan yang sangat bergairah. Kami hanya istirahat untuk minum dan makan memulihkan tenaga. Malam itu kami bagaikan sepasang pengantin baru yang menghabiskan malam pertamnya. Hal ini terjadi barangkali karena Bu Hj Amelia ini merupakan Wanita yang menjadi obsesi saya yang selama 10 tahun menjadi khayalan dan impian. Sedangkan bagi Bu Hj. Amelia, malam itu merupakan malam pertama selama 4 tahun dia tidak mendapatkan kehangatan tubuh laki-laki. Akhirnya sampai saat ini aku dan Bu Hj Amelia berselingkuh, tanpa seorang temanpun yang tahu. Kami berusaha menjaga perselingkuhan ini serapih mungkin. Entah sampai kapanā¦. TAMATDIbukanyasendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil. Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Rony minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku. "Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu Ron!" Cegahku sambil menciumnya. Rony tersenyum lebar. "Sudah enggak sabar ya ?" godanya.Universitas swasta yang terletak di Jalan DI Panjaitan ā Jakarta Timur itu berada di antara jalan uatama, satu jalan sekunder, sebuah sungai yang kalau musim banjir pasti meluap, dan rumah2 penduduk yang padat. Dan di antara kepadatan rumah2 penduduk itu terdapat suatu kisah mesum. Kisah ini terjalin antara mahasiswa yang kuliah universitas swasta tersebut dan pemilik kos2an di mana sang mahasiswa tinggal ngekos. Bangunan itu terdiri atas rumah2 petak sebanyak 5 pintu yang masing2 petak terdiri atas 3 ruangan. Di samping rumah2 petak tersebut menempel rumah utama yang merupakan tempat pemilik kos2an tinggal. Nama pemilik kos2an adalah Haji Imron. Biasa dipanggil oleh tetangga dan mahasiswa dengan sebutan Pak Haji. Tempat kos2an dan rumah utama ini di kelilingi oleh pagar besi setinggi 1,5 meter di bagian depan yang memiliki dua pintu masuk dan pagar tembok di tiga sisi lainnya setinggi 3 meter. Halamannnya dihampari oleh konblok dan dihiasi oleh berbagai tanaman, sehingga terlihat sangat rapi, asri, anggun, dan sejuk. Kos2an ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa. Di sinilah Rizal, mahasiswa di universitas swasta itu tinggal. Sudah 3 bulan ia tinggal di sini. Rizal adalah mahasiswa asal Cikampek, tetapi ia bukanlah asli Cikampek. Haji Imron memiliki 3 orang anak. Satu laki2, dan dua perempuan. Dua anaknya sudah berkeluarga, sedangkan satu lagi yang laki2 masih duduk di kleas 2 SMU. Yang paling menarik hati Rizal adalah Bu Haji. Walau usianya sudah 43 tahun penampilanya masih seperti umur 30-an. Bu Haji selalu ramah pada tetangga maupun mahasiswa2 yang ngekos di rumahnya. Bodynya bongsor, berkulit kuning langsat, dan selalu memakai kerudung. Bila ia keluar dengan mobil Innova-nya ia akan memakai kaca mata hitam sebagai hiasan. Rizal sering mencuri pandang mengamati Bu Haji. Pernah Rizal menggoda Bu Haji ketika Rizal hendak berangkat ke kampus dengan motor Honda nya sedangkan Bu Haji hendak keluar dengan Kijang Innova-nya. āWah, Bu Haji, gayanya seperti cewek2 di kampusku aja nih..,āgoda Rizal āIya dong, Zal. Biarpun udah tua harus tetap jaga penampilan lhoā¦harus semangat seperti anak2 muda,ābalas Bu Haji sambil melemparkan senyumnya. āIya deh, Bu Haji. Saya setuju kok..,āujar Bu Rizal. āSaya duluan ,Bu Haji,āseru Rizal sambil melajukan motornya. Setiap Rizal pulang malam, Rizal sering mengamati Bu Haji nongkrong sendirian di ruang tengah menonton televisi. Bahkan kadang sampai larut malam. Yang paling membuat Rizal kagum sekaligus ngiler adalah ketika suatu sore ia bertamu sekaligus hendak membayar uang kontrakan bulanan. Rizal diterima oleh Bu Haji di ruang tengah yang sejuk dan asri itu. Bu Haji menemuinya dengan celana pendek yang ketat dan kemeja yang longgar. Bu Haji hanya senyum2 saja melihat Rizal yang kikuk dan mata Rizal yang kadang2 melirik ke pahanya. Di dalam rumahnya Bu Haji memang sering memakai celana pendek dan melepaskan kerudungnya. Setelah keluar daru rumah Bu Haji dan sampai di kamarnya sendiri, Rizal membayangkan semua yang baru saja dilihatnya. Paha putih yang gempal dan padat. Sangat mulus, pikir Rizal. Dan Rizal yakin di balik kemeja longgar yang dipakai Bu Haji terdapat kulit yang putih-mulus dan buah dada yang besar. Rizal sering membayangkan bisa menggumuli tubuh Bu Haji yang bongsor dan putih mulus itu. Rizal juga sering membayangkan memek Bu Haji, pasti tebal dan empuk gumamnya dalam hati. Tetapi Rizal lalu tersenyum masem karena tubunya termasuk agak kurus walaupun ia memiliki tinggi 173 cm. Kalau sudah begitu Rizal akan mengusap-usap kontolnya lalu melepaskan pusingnya di kamar mandi. Pak Haji Imron termasuk tuan tanah. Ia memiliki beberapa kos2an dan sejumlah rumah yang dikontrakkan. Semua tersebar di wilayah Jabodetabek. Ia paling sering ke wilayah Depok. Selain mengunjungi anaknya dan rumah kos2an yang pengelolaannya diserahkan pada anaknya juga karena di sebelah kos2an itu terdapat kolam pancing yang yang cukup ramai dikunjungi. Kolam pancing itu juga dikelola oleh anaknya dan menantunya di samping beberapa pembantu. Hampir setiap hari Pak Haji Imron pergi ke Depok. Kalau sudah asyik memancing Pak Haji Imron bisa menginap sampai 3-4 hari. Suatu sore Rizal berjalan ke samping rumah utama yang ditanami beberapa batang pohon jambu Taiwan. Ia bermaksud mengambil beberapa buah jambu Taiwan. Pak Haji dan Bu Haji memang tidak melarang anak2 kosnya mengambil hasil tanaman yang ada di sekitar rumah itu. Karena kadang2 anak2 kos juga ikut membantu mengurusi tanaman2 tersebut. Saat itu beberapa pohon jambu sedang berbuah. Buahnya besar2 dan siap dipanen. Pohon2 itu terletak di antara tembok pagar dan tembok dinding rumah utama. Ketika ia hendak melangkah ke rimbunan pohon jambu, ia melihat daun jendela yang menghadap ke pohon2 jambu itu terbuka. Itu merupakan kamar tidur Pak Haji dan Bu Haji. Ia seketika ragu. Tetapi di benaknya adalah bahwa tadi pagi ia melihat Pak Haji dan Bu Haji keluar rumah memakai Suzuki Escudo. Dan ketika ia terbangun sore ini Suzuki Escudo belum ada di halaman. Ia hendak membatalkan niatnya karena takut jangan2 ketika ia tertidur tadi Pak Haji dan Bu Haji pulang dan Suzuki Escudo mungkin dipinjam seseorang atau salah satu anaknya. Setelah beberpa detik, Rizal memutuskan memeriksa perlahan. Ia berjalan di atas teras keramik samping yang sempit. Dengan ujung matanya ia mencoba meneliti kamar itu. Untunglahā¦,pikirnya. Kamar itu kosong. Lalu Rizal pun melanjutkan niatnya. Ia mengambil beberapa buah jambu. Ketika ia hendak berbalik, Rizal sangat kaget dan pucat. Karena pada saat yang sama ia melihat Bu Haji masuk ke dalam kamar. Bu Haji hanya memakai celana pendek yang sangat ketat. Dan di atasnya, seluruh kancing kemeja Bu Haji belum terpasang sehingga memperlihatkan perut dan pusarnya yang mulus dan putih dan juga BH nya yang membungkus dadanya yang besar. Bu Haji juga kaget dan hampir berteriak. Tetapi ketika menyadari bahwa orang yang ada di samping rumah adalah Rizal ia hanya kaget sebentar saja. Tangannya bergerak mengatupkan kemejanya tanpa memasang kancingnya. āAhā¦kirain tadi siapaā¦Ibu kaget setengah mati,āseru Bu Haji dari dalam kamar. Ia melipat kedua tangan diperutnya sehingga kemejanya tidak terbuka. āMaaf Bu Hajiā¦maafā¦Maaf Bu Hajiā¦tadi saya kira Bu Haji pergi dengan Pak Hajiā¦jadi saya berani ke sini,āRizal berusaha menjelaskan. Ia terlihat kikuk dan agak malu2. āIya sudahā¦kirain siapa..,ākata Bu Haji. Ia tersenyum pada Rizal. āMaaf Bu Hajiā¦,ākata Rizal berjalan menunduk. āPermisi Bu Hajiā¦,ā kata Rizal permisi dan melihat ke Bu Haji sebentar. Bu Haji mengangguk tersenyum. Ketika Rizal melihat Bu Haji sebentar, ia sempat melirik ke dada Bu Haji yang tidak begitu serius menutupi bagian dadanya. Sesampai di kamarnya, Rizal malah tidak memperdulikan jambu yang baru saja diambilnya. Yang ada dalam pikirannya adalah pusar, perut, dan BH Bu Haji. Ia terduduk dalam kasurnya. Memandang langit2 kamarnya. Bayangan Bu Haji yang super seksi tadi memenuhi angannya. Ia menggerakkan tangannya mengusap-usap kontolnya yang seketika menegang keras. Rizal menghempaskan punggunya ke kasur. Menarik tangannya dari selangkangannnya. Ia merenung, jika tadi di belakang Bu Haji muncul Pak Haji, maka ia akan kena tegur. Ketika Rizal masih berusa menenangkan pikirannya tiba2 handphone-nya berbunyi. Rizal mengambil handphone-nya. āHallo..ājawabnya. Tapi diseberang tidak ada jawaban. Panggilan itu terputus. Rizal mengamati nomor āReceived Callsā pada handphonenya. Nomor yang tidak dikenalnya. Ia meletakkan handphone itu. Tetapi ketika teringat dengan seorang cewek yang baru dikenalnya kemarin ia meraih lagi handphone tersebut. Siapa tahu cewek itu, pikir Rizal. Rizal memanggil nomor itu. āHalloā¦,āpanggilnya. āHalloā¦emang kamu gak kuliah..?āseketika Rizal heran. Ada riak senang dalam hatinya. Suara itu adalah suara Bu Haji. āEh, Bu Hajiā¦eh..nggak Bu Hajiā¦hari ini saya emang ga ada jadwal kuliahā¦,āujar Rizal dengan suara yang dibuatnya sedemikian rupa. āHhhmm, gimana jambunya? Enak ga?ātanya Bu Haji di seberang. Suaranya terdengar akrab dan manis di telinga Rizal āAh, belum sempat Bu Hajiā¦baru juga mau makanā¦dari bentuk dan warnanya kayaknya enak sih..,ākata Rizal mencoba berakrab-akrab ria. āNtar kalau udah makan bilang ibu iya. Kalau enak Ibu juga mau ambil,ā āIya Bu Hajiā¦,ājawab Rizal. Ketika ia merasa Bu Haji hendak menutup pembicaraan, Rizal buru-buru bertanya.āEhh, hhmmmā¦maaf Bu, Pak Haji kemana? Tadi sepertinya saya lihat bareng Bu Haji keluar,ā āTadi pagi emang keluar bareng Ibu tapi sebentar aja ke salon. Trus pulang. Sekarang bapak ke Depokā¦.,ā kata Bu Haji menjelaskan. āOhh..iya udah deh buā¦maaf tadi ya Bu Hajiā¦saya tidak tahu..,āujar Rizal. āHmmm-hhmm..,āBu Haji tertawa kecil di seberang.āNanti kalau udah dimakan jambunya jangan lupa sms bilang ibu ya. SMS aja enak apa nggak..!ā āIya bu..āujar Rizal. Dan pembicaraan pun selesai. Malamnya jam tujuh setelah makan, Rizal mengambil HP-nya. Ia belum memakan jambunya, tetapi dalam hatinya ia akan mengatakan saja bahwa jambu itu enak. āMalam Bu Hajiā¦jambunya enak,ābegitu is isms Rizal. āBener enak?ābalas sms Bu Haji. āIya Bu. Bener enakā. āKamu lagi ngapain?āsms Bu Haji. āGak lagi ngapain Bu. Tiduran aja,ābalas Rizal sambil heran dgn isi sms Bu Haji. āEmang ga keluar? Mahasiswa kan ngapelnya ga cuma malam mingguābalas Bu Haji lagi. āNggak Bu. Lagi pengen di rumah aja. Maaf, kalau Bu Haji sedang apa?āsms Rizal. āLagi sms an ama kamu..hehe..!ājawab sms Bu Haji. Isi sms ini membuat Rizal senang setengah mati. Ia tersenyun-senyum dalam hati. Rizal agak bingung untum membalas. Ia tidak tahu hendak mengetik apa. Tiba2 sms Bu Haji masuk lagi. āTadi kamu lihat ibu ya..?ā Rizal hampir berteriak senang setengah mati membaca sms ini. Ia membaca sms itu berulang-ulang. Ia berpikir sejenak untuk membalas apa. āHhmm, iya bu. Maafā¦saya tadi tidak sengaja..,āakhirnya hanya itu yang ditulisnya. āGak sengaja tapi dah lihat yaā¦?āsms Bu Haji. Rizal jadi makin semangat. āIya bu. Maafā¦saya ga ingat lagi kok Buā¦tapiā¦,ābalas Rizal. Ia sengaja menggantung sms nya untuk membuat Bu Haji yang sering diidam-idamkanya jadi penasaran. Tetapi setelah Rizal menunggu 5 menit Bu Haji tidak lagi membalas. Ia pun ragu untuk mengirim sms lagi. Ketika ia hendak meletakkan HPnya, Bu Haji menelepon. Rizal bersorak dalam hati. āHalloā¦,āsahut Rizal dengan suara dibuat merdu. āTapi apa, Zal?ātanya Bu Haji pelan. Suaranya agak sengau. āNnngggā¦apa yaā¦? Rizal menyahut dengan canda. āApa..ayo apa..?ādesak Bu Haji dengan nada seperti tertawa. āHhmmā¦tapi aku senang aja melihatnyaā¦,āakhirnya Rizal memberanikan diri. āHhhmmmā¦kamu iniā¦kirain apa tadiā¦emang kamu lihat apa coba..?ātanya Bu Haji. āLihat sesuatuā¦nngggā¦yang pengennya ga cuma dilihatā¦,āRizal makin berani menggoda. āEmang pengennya diapain..?ā āSusah dibilangin dengan kata-kata Buā¦heheā¦,āRizal tertawa renyah.āSusah bilanginnyaā¦tapi kalau tiba2 ada di siniā¦ah..gau taulahā¦,āRizal dengan berani menggoda lebih jauh. āHehehā¦.kamuā¦,āhanya itu ucapan Bu Haji. āIbu lagi di mana?ā Tanya Rizal. āLagi di kamar, kenapa?āTanya Bu Haji. āGaā¦nanya aja kok Bu..!āujar Rizal. āHhhmm..iya udah iya, Zal,ākata Bu Haji menutup pembicaraan. āIya Bu. Met malam..,āsahut Rizal āIya..,ābalas Bu Haji sambil menutup pembicaraan. Dalam kamarnya Rizal tersenyum-senyum senang. Entah kenapa nafsu birahinya timbul. Ia tidur2an di kasurnya sambil senyum-senyum mengingat semua pembicaraan dengan Bu Haji. Lalu dua jam kemudian sms Bu Haji masuk lagi. āNonton MetroTV dehā¦acaranya bagusā¦,ādemikian is isms Bu Haji. Rizal yang memang sedang nonton MetroTV di kamarnya lagsung membalas dengan semangat. āIya. Ini juga lagi nonton MetroTV kok Bu. Bu Haji belum bobo..?ātanya Rizal dalam sms nya. Sengaja ia memilih kata āboboā untuk membuat suasana jadi nyaman. āBelum..kan masih jam 10ā¦,ābalas sms Bu Haji. āMasih di kamar?ā Rizal sengaja menanyakan ini. āIyaā¦,ājawab Bu Haji āDi tempat tidur..?ā tanya Rizl āIyaā¦,ājawab Bu Haji āHehe..sama dongā¦,ābalas Rizal genit. Tetapi Bu Haji tidak lagi membalas. Sekitar jam 12 malam ketika Rizal dilanda kantuk. Bunyi sms masuk ke HP nya. āUdah bobo..?ā itu isi sms Bu Haji āBelumā¦Bu Haji belum bobo..?āRizal membalas āBelum jugaā¦masih nonton..,ā āSama dongā¦āisi sms Rizal. Kembai lagi Bu Haji tidak membalas. Tetapi entah kenapa Rizal mengurungkan niatnya tidur. Entah kenapa ia yakin Bu Haji akan sms lagi. Tetapi kali ini tidak lagi. Sekitar jam setengah satu malam yang ada adalah āmissed callā dari Bu Haji. Rizal menelepon balik. Tapi tidak telepon tidak diangkat. āBelum tidur..?āRizal coba kirim sms. Tetapi setelah menunggu sepuluh menit tidak ada jawaban, Rizal akhirnya meletakkan HPnya. Dan menghempaskan badannya ke kasur. Sekitar jam HP nya berbunyi. Di seberang terdengar suara Bu Haji yang agak sengau dan manja. āLagi ngapain, Zal..?ātanya Bu Haji. Rizal menjawab dengan segenap keyakinan dan keberanian. āBelum bisa tidur Bu. Gara-gara pemandangan tadi siang di kamar Bu Haji,āRizal menahan nafasnya ketika berbicara. Ia pun membuat suaranya agak sengau dan lirih. āHhhmmā¦terus..?āsahut Bu Haji āIya jadi susah tidurnya nihā¦,āRizal merengek. Lalu Rizal menyambung lagi.āBuā¦!ā āApa..?jawab Bu Haji āTapi jangan marah ya Buā¦,āujar Rizal āGak kok..apa..?ātanya Bu Haji. āHhhhmm..boleh ga saya kesitu sekarangā¦?ātanya Rizal dengan suara dibuat merdu. Dadanya berdegup ketika mengucapkan kata-kata itu. āHhhmm kamuā¦,āhanya itu ucapan Bu Haji.āUdah iya..,āucap Bu Haji. Pembicaraan seketika terputus. Rizal terdiam. Tetapi hanya berselang dua menit bunyi sms masuk ke HPnya. āPintu samping terbukaā¦kutunggu..,ādemikian isi sms Bu Haji. Rizal langsung gembira. Badanya dipenuhi nafsu sex. Ia merasakan kontolnya semakin menegang saja. Dengan perlahan ia keluar kamar dan melintasi halaman menuju pinti samping. Ketika sampai di pintu samping dengan yakin ia mendorongnya. Pintu itu terbuka. Di dalam cahaya yang remang ia melihat bayangan Bu Haji dengan celana pendek dan baju tidur yang ketat. Bu Haji menarik tangannya dan menutup pintu. Ketika Bu Haji membelakanginya sambil mengunci pintu, Rizal langsung memeluk Bu Haji dari belakang. Ia menekan pantat Bu Haji dengan bagian kontolnya yang tegang. Kedua tangannya melingkari pinggang Bu Haji. Rizal dengan liar mendaratkan ciuman2 di trengkuk Bu Haji. Bu Haji langsung berbalik. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Rizal dan dengan agresif menarik tubuh Rizal ke tembok. Dalam hitungan detik bibir Rizal sudah dilumat oleh Bu Haji. Rizal membalas dengan memutar dan memilin lidahnya. Rizal menarik lidah Bu Haji dengan lidahnya. Bu Haji membalasnya dengan pagutan dan lumatan yang bergelora. Rizal menarik tubuh Bu Haji sehingga kini Rizal yang bersandar di tembok ruangan belakang itu. Mereka saling menciumi dan menjilati dengan liar. Mulut Bu Haji tak henti-henti mengeluartkan bunyi kecipak ketika mulut Rizal menyedoti lidah dan bibir Bu Haji. Bu Haji makin dipenuhi nafsu birahi. Ia makin merapatkan tubuh ke dalam pelukan Rizal. Rizal menariknya penuh nafsu dan meremasi pantat dan pinggul Bu Haji. Bu Haji melingkarkan satu tangnnya di leher Rizal dan satunya lagi merababi leher Rizal. Mulutnya tidak berhenti melumat lidah dan mulut Rizal. Bu Haji menggeserkan badannya agak ke bawah. Ketika Bu Haji merasakan ****** Rizal yang tegang telah berada di daerah selangkangannya, ia membuka paha sedikit lalu merapatkannya. Rizal membalas dengan menekan kontolnya ke arah Bu Haji. Lalu Bu Haji menggesek-gesek ****** Rizal dengan memeknya yang masih tertutup celana pendek. Rizal membalas dengan sodokan ke depan sambil meremasi pantat Bu Haji. Ciuman dan jilatan mereka makin penuh nafsu dan semakin liar. Rizal mengulum bibir Bu Haji. Lalu menarik bibir Bu Haji dengan sedotan mulutnya. Ketika bibir Bu Haji terlepas, Rizal merangsek ke leher Bu Haji. Bu Haji menengadah sambil bagian selangkangannya tetap digesek-gesekkan ke selangkangan Rizal. Rizal makin nafsu. Ia menciumi bagian atas dada Bu Haji. Bu Haji makin menengadahā¦badannya dilengkungkan. āHhhmmmhhaahhā¦jangan bikin merah di situ yah..,ādesah Bu Haji āMmmhhaahhā¦,āRizal hanya mendesah penuh nafsu. Ia membuka kancing depan baju tidur Bu Haji. Lalu membenamkan wajahnya di dada Bu Haji yang besar. Rizal menggeser BH Bu Haji ke atas. Lalu tangannya meraih buah dada yang besar itu. Ia lalu menciumi dan menjilatinya. āMmmhhoohhhā¦,ādesah Bu Haji. Rizal makin bernafsu mendengar desah penuh nafsu Bu Haji. Ia menjilati puting susu Bu Haji lalu menyedotinya. āMmmhhhoohhhā¦hhhoohhā¦ooohhhā¦hhhooohhhhā¦,ābegitu desahan penuh nafsu Bu Haji setiap kali Rizal menyedot puting susu Bu Haji dengan keras. Tubuh Bu Haji makin melengkung. Ia membusungkan dadanya, menekankan buah dadanya ke mulut Rizal. Bu Haji melihati mulut Rizal menjilati,menciumi, dan mengisap-isap buah dadanya. Bu Haji makin keras menggesekkan selangkangannya ke bagian ****** Rizal. Tangan kirinya mendekap kepala Rizal untuk terus menciumi buah dadanya sementara tangan kanannya merabai dada Rizal dan memijat-mijat puting susu Rizal yang kecil. Mulut Rizal mengecupi puting susu Bu Haji, menyedotinya, lalu menarik-nariknya dengan mulutnya. āHhhmmhhoohhā¦hhoohhhā¦hhaaahhhā¦nngggoohhā¦,āhanya desah penuh nafsu itu yang keluar dari mulut Bu Haji. āMmhhhhhā¦Zal..Zalā¦,ābisk Bu Haji di telinga Rizal. Rizal terus saja menyedot-nyedot susu Bu Haji. Pikiran Rizal sudah dipenuhi nafsu sex. āZalā¦hhhmmā¦Zalā¦ke kamar ajaā¦,ābisik Bu Haji. Rizal mengendorkan pelukannya. Bu Haji menarik tubuhnya dari pelukan ketat Rizal. Ia bergerak ke saklar. Klik!!Lalu seluruh ruangan tengah yang menuju kamar Bu Haji yang terlihat dari luar kalau lampu menyala langsung gelap. Rizal kembali merangkuli tubuh Bu Haji dan menciumi bibirnya. Bu Haji membalas dengan tak kalah agresif. Bu Haji meciumi Rizal, memeluknya, dan menariknya. Rizal mengikuti gerakan Bu Haji. Bu Haji dan Rizal tetap berpelukan dan berciuman ketika meraka melangkah ke kamar. Ketika akhirnya sampai di kamar, Bu Haji menarik tubuh Rizal ke kasur. Rizal tertarik menindih tubuh Bu Haji. Kaki Bu Haji terbuka menjuntai di lantai sementara tubuhnya rebah di kasur. Rizal menunduk menggumulinya. Ia menempatkan bagian kontolnya di selangkangan Bu Haji yang terbuka. Rizal bisa merasakan empuknya memek Bu Haji yang masih terbungkus celana pendek ketat. Mulutnya menciumi pusar Bu Haji sambil kedua tangannya menelanjangi tubuh bagian atas Bu Haji. Bu Haji tak kalah agresif membuka baju Rizal. Ciuman Rizal makin liar. Mulutnya bergerak ke pinggul Bu Haji. Kedua tangannya membuka celana ketat pendek Bu Haji. Ia membukanya perlahan-lahan. Bibirnya merangsek menciumi bagian celana dalam Bu Haji yang terlihat. Bu Haji hanya melihati Rizal. Ketika akhirnya celana pendek itu lepas, terlihatlah gundukan memek Bu Haji yang tebal terbungkus celana dalam putih. āMmhhhoooh..,ādesah Rizal sambil mengecup permukaan celana dalam itu pelan. Lalu ia berdiri membuka celananya. Ia berdiri telanjang bulat dengan ****** yang mengacung tegang. Bu Haji memandangi ****** Rizal. Rizal berdiri mengocok kontolnya sebentar lalu membungkuk membuka celana dalam Bu Haji. Kini tubuh bugil Bu Haji terpampang di depanya. Rizal mendekatkan mulutnya ke memek Bu Haji yang dipenuhi jembut lebat. āNnnggghhooohhā¦,āRizal mendesah ketika mengecup permukaan memek Bu Haji. Bu Haji mengangkangkan pahanya lebar-lebar dan mengangkat pantatnya ketika mulut Rizal menyentuh permukaan memeknya. Rizal lalu mendorong tubuh Bu Haji perlahan ke tengah tempat tidur. Di tengah2 tempat tidur itu Bu Haji telentang pasrah dengan paha terbuka. Ia melihat Rizal mendatangi ke tengah tempat tidur dengan ****** yang teracung tegang. Ketika Rizal telah memasuki pahanya yang terbuka lebar,Bu Haji melihat Rizal mengocok-ngocok kontolnya. Lalu ketika Rizal mulai bergerak menindihnya, Bu Haji merasa darahnya mendesir. Ia makin melebarkan pahanya. Ia merangkul leher Rizal. Rizal menindih tubuh Bu Haji dan mencium mulutnya. Bu Haji membalasnya dengan mengulum bibr Rizal. Rizal mengerakkan pantatnya, dengan kontolnya yang tegang ia mencari memek Bu Haji. Akhirnya ujung ****** Rizal merasakan permukaan memek Bu Haji yang basah. Ia menekan-nekannya perlahan. Bu Haji membantunya dengan menggerakkan pinggulnya. Rizal merasakn ujung kontolnya masuk sedikit di celah memek Bu Haji. Bu Haji merapatkan selangkangannya. Lalu Rizal menusukkan kontolnya. āHhhooohh Bu Haji..,ādesahnya seraya menusukkan kontolnya. āNnngghhhoohhh sayangā¦,ādesah Bu Haji. Bu Haji merasakan ****** Rizal melesak memasuki memeknya yang basah. Bu Haji menggerakkan pinggulnya menyambut ****** Rizal yang menusuk lobang memeknya. Lalu seketika melingkarkan pahanya di pinggul Rizal. āHhhooohhh sayangā¦.besar sekali kontolmuā¦,ādesah Bu Haji di telinga Rizal. Desahan ini membuat Rizal berkobar. Ia menarik kontolnya dan menusukkannya dengan cepat ke dalam lobang memek Bu Haji. āHhhhhooohhh Bu Hajiā¦hhoohhhā¦āRizal mengerang penuh nafsu. āHhhoohh sayang..kocok terusā¦hhoohh..enak sekali sayang..hhoohh..,āBu Ijah mendesah lirih sendu di telunga Rizal. āHHoohhā¦hhoohhā¦.hhoo enak sekali..hhohh..hhoohhā¦Bu Haji sayangā¦hhoohhhā¦hhhoohhhā¦,āRizal mengerang penuh nafsu. Rizal menggerakkan pantatnya naik-turun. Ia menggenjoti tubuh Bu Haji dengan cepat. Kontolnya keluar masuk dengan cepat dan kuat dalam lobang memek Bu Haji. Bu Haji makin mengetatkan selangkangannya di pinggul Rizal. āOooohhh sayangā¦genjot sayangā¦hhhoohh ā¦entoti terus sayangā¦hhhooohhhā¦hhhoohhh..enak sekali tusukan kontolmu sayangā¦hhoohhā¦entotin yang lama sayā¦ooohhhā¦sayangā¦oohhhā¦,āBu Haji mendesah penuh nafsu. Rizal merasakan tubuhnya dan tubuh Bu Haji hangat. Ia melihat wajah Bu Haji yang redup penuh nafsu. Ia melihat wajah Bu Haji bergerak-gerak mengikuti setiap tusukan kontolnya. Ia merasakan nikmat yang luar biasa di ujung kontolnya ketika menusuki bagian dalam lobang memek Bu Haji. Bu Haji merasakan tusukan-tuskan dalam lobang memeknya begitu cepat. Ia melebarkan pahanya dan betisnya merangkul pinggul Rizal. Dengan matanya yang sayu Bu Haji melihat pantat Rizal naik-turun memompa dan menggenjotinya. Seiring itu lobang memeknya merasakan nikmat yang penuh sensasi ditusuki ****** Rizal. Ia menggerakkan tanggannya merangkul pinggang Rizal. Berusaha menguasai dan memiliki tubuh yang sedang menggumuli dan menggagahinya. āHhhhoohhh sayang⦠entotin memekku sayā¦ooohhhā¦terus say..hhhoohh..enak sekali sayangā¦oooohhhā¦.,āBu Haji makin gelap mata menahan nikmatnya senggama itu. āIya sayā¦hhoohh..iya sayangā¦,ābisik Rizal penuh birahi di telinga Bu Haji. Ia makin merapatkan tubuhnya yang penuh keringat ke tubuh Bu Haji.āIya say..hhhoohh..iya sayā¦enak sekali mengentotimu sayā¦hhhoohh..,āerang Rizal lirih. Bu Haji makin dipenuhi birahi nafsu. Dengan kedua tangan mencengkeram erat pinggang Rizal ia menggerakkan pinggulnya makin liar menerima tusukan-tusukan ****** Rizal dalam lobang memeknya. āHhhhgggggā¦.nnggghhooohhhā¦nnnggghhhhoohhhā¦,āBu Haji makin ketat menempelkan memenya ke pangakal ****** Rizal.. Rizal merasakan tubuh Bu Haji makin hangat, dan mulai bergoyang liar tidak teratur. Rizal tahu Bu Haji sesaat lagi akan mengalami orgasme. Rizal memacu tusukan kontolnya makin cepat. Ia terus memompa dan menggenjot. Lalu ia merasakan pangkal paha Bu Haji makin melebar dan mendesak ke tubuhnya. Tangan Bu Haji mencengkeram kuat pinngangnyaā¦. āHhhhggggghhhā¦nnggghhhhooohh..Zalā¦nnggghhhoohhhā¦oo oohhhā¦hhhggg..,ā desahan sengau penuh nafsu Bu Haji tiba2 tertahan dan seketika Rizal merasakan lobang memek Bu Haji berdenyut-denyut cepat, dan seiring itu kontolnya merasakan siraman mani yang hangat dalam lobang memek Bu Haji. āHhhngghhoohhh..hhhoohhhā¦ooohh..nnggghhhooohhhā¦,āB u Haji tak henti2 menjerit keenakan merasakn orgasmenya. Rizal memacu makin kuat dan. āHhhhnggghhhoohhhā¦hohohh..ohhhh..,ā tak lama berselang Rizalpun menghujamkan kotolnya dalam2 dan kuat dalam memek Bu Haji. āHhhaahh..hhhaaahhhā¦,ādesah Rizal memuncratkan maninya dalam memek Bu Haji. Kontolnya menyemprotkan mani berkali kali. Kontolnya mengangguk-angguk dalam memek Bu Haji. Bu Haji merasakan lobang memeknya dipenuhi mani yang hangat. Ia merem-melek menikmati ****** Rizal yang berdenyut-denyut dalam lobang memeknya. Bu Haji terus merasakan gerakan pinggulnya yang belum berhenti bergerak otomatis karena orgsmenya. Ia meraih mulut Rizal dan seperti kehausan langsung menciumin dan mengulumnya membalas lumatan mulut Bu Haji. Matanya merem-melek menahan nikmatnya orgasmenya sambil tak berhenti mengulumi bibr Bu Haji. Lalu akhirnya ciuman2 mereka mulai longgar seiring makain lemahnya denyutan2 yang mereka rasakan dalam alat senggama mereka berdua. Dan akhirnya gerakan2 itu berhenti. Bu Haji mendenguskan nafas sambil merentangkan kedua tangannya lebar2 ke kiri-kanan. Ia memalingkan wajah ke samping. Rizal melemaskan tubuhnya di atas tubuh Bu Haji. Wajahnya menelungkup di sisi leher Bu Haji. Ia mendesahkan nafas satu-satu. Kurang lebih lima menit mereka diam membisu. Mereka masih merasakan suhu tubuh yang hangat. āZalā¦,āBu Haji menggerakkan tangannya ke punggung Rizal. Dan merabanya. āNggghhahhā¦,āRizal menyahut lemah. Ia bergulir turun dari atas tubuh Bu Haji. Bu Haji mengejarnya dan memeluknya. Mulutnya mengulum lembut bibir Rizal. āZal, kamu memang sering memimpikan hal ini kan..,ābisik Bu Haji. āIyaā¦sangat seringā¦,ājawab Rizal pelan sambil memadangi mata Bu Haji. Aku tahuā¦,ākata Bu Haji. āDari caramu memandangi aku, aku tahu kamu sering menginginkan ini. Aku juga Zal..,ābisik Bu Haji lagi. Tangannya membelai-belai puting Rizal yang mungil. āKok bisa..? Ibu cantik. Putih. Tubuh ibu juga bongsor dan seksi sekali. Sedangkan aku bisa dibilang agak kurusā¦,ākata Rizal. āNnngghhhmmmmaahhā¦,ādesah Bu Haji sambil mengulum lagi bibir Rizal. Rizal membalasnya. āJustru karena badanmu ini yang bikin ibu penasaran. Karena orang yang punya badan kurusnya seperti kamu ini pasti memiliki nafsu yang besar. Dan ibu sering mebayangkan nafsumu seperti apa. Apalagi kamu sering memandangi ibu. Dan tadi nafsumu udah bikin ibu gelap mata..,ājelas Bu Haji. Rizal lalu mendesakkan badannya ke tubuh bugil Bu Haji. Memeluknya erat. Menciumi lehernya. Rizal berbisik di telinga Bu Hajiā¦,āBu, aku tidur di sini yahā¦?ā āIya sayangā¦,ājawab Bu Haji membalas merengkuh tubuh Rizal. Malam itu Rizal tidur di ranjang yang biasa jadi tempat tidur Bu Haji dan Pak Haji. Menjelang subuh mereka kembali menuntaskan nafsu syahwat mereka. Yang berlanjut hingga esok siangnya. Sejak itu Bu Haji makin jarang mengikuti Pak Haji mengawasi rumah2 mereka. Ia lebih senang tinggal di rumah dan mengikuti dorongan nafsu seksnya. Rizal berkali-kali menggumuli tubuh Bu Haji mulai dari kamar mandi, ruang tengah, dapur, sampai kamar tidur. Ia memperlakukan Bu Haji seperti pacarnya Berjalannyawaktu, gua tau kalau keluarga Bu Haji ini mrupakan keluarga terpandang. Suaminya adalah manajer persuhaan semen ternama di kota ini. Bu Haji hanya seorang rumah tangga, tapi beliau sering menghadiri pengajian dan Darma Wanita. Seminggu kos di tempat Bu Haji, gua ngrasa nyaman. Karna udah ngrasa nyaman, dan gak trlalu canggung lagi